
PT Pertamina (Persero) mengantongi laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$3,13 miliar atau setara Rp49,54 triliun sepanjang 2024. Pencapaian tersebut tercatat turun dari laba tahun 2023 yang tercatat sebesar US$4,77 miliar atau merosot 34,38% year-on-year (yoy).
Penurunan laba bersih yang diraih oleh Pertamina disebabkan oleh penurunan sejumlah parameter kunci alias key parameter.
Berdasarkan data yang dipaparkan Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini, terdapat sejumlah parameter kunci yang mengalami penurunan dibandingkan 2023.
Parameter pertama adalah harga Indonesia Crude Price atau ICP. Pada 2024 ICP turun 0,4% menjadi US$78,12 barel dari US$78,43 per barel pada 2023.
Selain itu, juga dipengaruhi oleh semakin menguatnya dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. Pada 2023, rata-rata mencapai Rp15.439 per dolar, dibandingkan rata-rata 2024 senilai Rp16.157 per dolar AS. Artinya, ada pelemahan rupiah sebesar 5% yoy.
Selain itu, spread atau selisih antara harga BBM dan minyak mentah juga mengalami penurunan hingga 18% yoy. Pada 2024 nilai spread mencapai US$9,92 per barel dibandingkan US$12,04 per barel pada 2023.
Penurunan juga terjadi pada rata-rata harga acuan MOGAS 90 yang turun 6% yoy menjadi US$87,68 per barel pada 2024 dari sebelumnya US$93,32 per barel. Begitu juga dengan acuan MOPS Solar yang ambles 8% yoy menjadi US$94,57 per barel pada 2024.
“2024 kita tetap masih bisa membukukan net profit di kisaran angka US$ 3,13 miliar atau sebetulnya di laba total di US$ 3,4 miliar atau di kisaran Rp 54,6 triliun untuk laba total, namun untuk yang diatribusikan kepada entitas induk itu sekitar Rp 49,5 triliun. Dan tadi revenue di US$ 75 miliar dan juga EBITDA di level US$ 10,7 miliar,” papar Emma dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Pertamina 2024 di Grha Pertamina, Jakarta, Jumat (13/6/2025).
“Ini sudah memperhitungkan angka impairment kilang tadi yang disampaikan karena crack spread-nya tidak memungkinkan untuk kita bisa membukukan positif di Subholding Kilang, namun kita tetap secara konsolidasian tetap masih bisa membukukan laba positif secara konsolidasian,” imbuhnya.
Menurutnya, bila membandingkan dengan perusahaan migas nasional (National Oil Company/ NOC) dan perusahaan migas internasional (International Oil Company/ IOC) lainnya, mereka pun membukukan impairment cukup besar di level US$ 2 miliar.
“Ini kita masih bisa membukukan impairment di level US$ 1,4 miliar untuk kilang kita, itu sungguh prestasi yang cukup manageable, artinya kita bisa memitigasi impairment kilang kita di angka yang cukup decent,” ujarnya.
Ada pun opini dari laporan keuangan Pertamina tahun buku 2024 adalah Wajar Tanpa Pengecualian.
“Tadi opininya menyajikan secara wajar dalam semua hal yang bersifat material,” imbuhnya.
“Kalau Bapak Ibu notice tahun kemarin, di awal tahun ini juga kita terkena kasus hukum, namun kita berhasil memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dan juga terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Dari auditor juga menyatakan bahwa perusahaan mematuhi dalam semua hal yang material, baik pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak dan persyaratan bantuan. Dan terkait dengan kepatuhan terhadap internal control ataupun pengendalian secara internal control, dari auditor juga menyatakan bahwa tidak ada masalah berkaitan dengan pengendalian internal dan operasinya yang kami pandang memiliki kelemahan material seperti mana kami definisikan,” tuturnya.
“Ini penting untuk kami, ini menunjukkan bahwa Good Corporate Governance di Pertamina secara grup solid dan ini menyatakan bahwa trustworthy kami secara Pertamina grup itu dipandang bagus untuk tetap mendapatkan trust dari stakeholders dan juga dari investor dan juga bondholder serta lender untuk tetap kita bisa mendapatkan support dari stakeholders kami,” tandasnya.
Parameter pertama adalah harga Indonesia Crude Price atau ICP. Pada 2024 ICP turun 0,4% menjadi US$78,12 barel dari US$78,43 per barel pada 2023.
Selain itu, juga dipengaruhi oleh semakin menguatnya dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. Pada 2023, rata-rata mencapai Rp15.439 per dolar, dibandingkan rata-rata 2024 senilai Rp16.157 per dolar AS. Artinya, ada pelemahan rupiah sebesar 5% yoy.
Selain itu, spread atau selisih antara harga BBM dan minyak mentah juga mengalami penurunan hingga 18% yoy. Pada 2024 nilai spread mencapai US$9,92 per barel dibandingkan US$12,04 per barel pada 2023.
Penurunan juga terjadi pada rata-rata harga acuan MOGAS 90 yang turun 6% yoy menjadi US$87,68 per barel pada 2024 dari sebelumnya US$93,32 per barel. Begitu juga dengan acuan MOPS Solar yang ambles 8% yoy menjadi US$94,57 per barel pada 2024.
“2024 kita tetap masih bisa membukukan net profit di kisaran angka US$ 3,13 miliar atau sebetulnya di laba total di US$ 3,4 miliar atau di kisaran Rp 54,6 triliun untuk laba total, namun untuk yang diatribusikan kepada entitas induk itu sekitar Rp 49,5 triliun. Dan tadi revenue di US$ 75 miliar dan juga EBITDA di level US$ 10,7 miliar,” papar Emma dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Pertamina 2024 di Grha Pertamina, Jakarta, Jumat (13/6/2025).
“Ini sudah memperhitungkan angka impairment kilang tadi yang disampaikan karena crack spread-nya tidak memungkinkan untuk kita bisa membukukan positif di Subholding Kilang, namun kita tetap secara konsolidasian tetap masih bisa membukukan laba positif secara konsolidasian,” imbuhnya.
Menurutnya, bila membandingkan dengan perusahaan migas nasional (National Oil Company/ NOC) dan perusahaan migas internasional (International Oil Company/ IOC) lainnya, mereka pun membukukan impairment cukup besar di level US$ 2 miliar.
“Ini kita masih bisa membukukan impairment di level US$ 1,4 miliar untuk kilang kita, itu sungguh prestasi yang cukup manageable, artinya kita bisa memitigasi impairment kilang kita di angka yang cukup decent,” ujarnya.
Ada pun opini dari laporan keuangan Pertamina tahun buku 2024 adalah Wajar Tanpa Pengecualian.
“Tadi opininya menyajikan secara wajar dalam semua hal yang bersifat material,” imbuhnya.
“Kalau Bapak Ibu notice tahun kemarin, di awal tahun ini juga kita terkena kasus hukum, namun kita berhasil memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dan juga terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Dari auditor juga menyatakan bahwa perusahaan mematuhi dalam semua hal yang material, baik pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak dan persyaratan bantuan. Dan terkait dengan kepatuhan terhadap internal control ataupun pengendalian secara internal control, dari auditor juga menyatakan bahwa tidak ada masalah berkaitan dengan pengendalian internal dan operasinya yang kami pandang memiliki kelemahan material seperti mana kami definisikan,” tuturnya.
“Ini penting untuk kami, ini menunjukkan bahwa Good Corporate Governance di Pertamina secara grup solid dan ini menyatakan bahwa trustworthy kami secara Pertamina grup itu dipandang bagus untuk tetap mendapatkan trust dari stakeholders dan juga dari investor dan juga bondholder serta lender untuk tetap kita bisa mendapatkan support dari stakeholders kami,” tandasnya.